Senin, 14 Januari 2019

Analisis Tarif Bea Masuk Optimal bagi Produk Pertanian Indonesia

Nama Kelompok 2 :
1. Dian Retno Adya Pangestika (11215849)
2. I Made Kresna Juniawan (13215197)
3. Iis Santika Santung (13215240)
4. Ria Sasmita (15215876)

Kelas 4EA23
Mata Kuliah : Manajemen Pemasaran Global

Judul Jurnal: Tarif Bea Masuk Optimal Bagi Produk Pertanian Indonesia
Publikasi    : Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2
Penulis: 1. Dian Dwi Laksani
              2. Rizky Eka Putri
Tahun : 2015

Analisis berdasarkan SAP Manajemen Pemasaran Global:
Variabel Penelitian: Tarif bea masuk optimal ( Variabel X) dan Produk pertanian Indonesia (Variabel Y).
Metode Penelitian: Tarif domestik memiliki hubungan yang erat dengan profit, terutama berkaitan dengan badan usaha yang memiliki orientasi ekspor atau impor. Baggsdan Brander (2006) dalam studinya menganalisis mengenai efek perubahan tarif karena melakukan Free Trade Agreement (FTA) terhadap pendapatan dalam hal ini pendapatan industri di Kanada dengan menggunakan Mode Regresi. Model yang digunakan yaitu:


Hasilnya yaitu ketika tarif domestik turun, maka profit juga akan ikut menurun. Hal ini disebabkan pintu impor terbuka lebih lebar karena turunnya tarif memicu adanya lonjakan impor. Begitu juga dengan penurunan tarif bea masuk di luar negeri diasosiasikan dengan kenaikan profit terutama untuk badan usaha dengan orientasi ekspor.

Salah satu tujuan dasar yang ingin dicapai dari adanya kerjasama perdagangan bebas antar negara (FTA) adalah pengurangan tarif bea masuk. tarif akan bertindak layaknya biaya tambahan atau pajak yang harus ditanggung dalam impor barang. Sehingga, penurunan tarif suatu negara dapat juga dilihat sebagai pengurangan biaya bagi barang impor yang masuk di negara tersebut. Penurunan tarif, selain menjadi insentif bagi importir juga menjadi dorongan bagi pengusaha di dalam negeri untuk dapat lebih bersaing dengan barang impor, yang pada akhirnya jikalau tidak pandai dalam bersaing dapat mengurangi profit mereka.

Studi ini menggunakan Panel Data Ordinary Least Square (OLS). Gujarati (1995) mengatakan bahwa model dapat dikatakan baik jika hasil regresi yang telah didapat kemudian diuji melalui uji ekonometrika dan uji statistik. Uji ekonometrika diantaranya uji autokorelasi, uji multikolinear dan uji heteroskedastisitas. Uji statistik digunakan pada model penduga melalui uji F, sedangkan parameter-parameter regresi dapat diuji melalui uji t, serta uji koefisien determinasi. Model estimasi panel data yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut :


Data ini merupakan data Produksi (ton/ha) dikalikan dengan harga (ton). Model estimasi panel digunakan untuk melihat pengaruh tarif bea masuk produk impor pertanian terhadap produksi atau penjualan dari produk pertanian di Indonesia. Selain melihat pengaruh dari tarif, studi ini juga menghitung besarnya tarif optimal untuk produk-produk pertanian Indonesia. Hasil dari estimasi panel data kemudian dihitung dengan menggunakan model optimal tarif untuk mendapatkan besaran tarif optimal dan batas tarif (threshold) yang masih bisa diterima oleh produk-produk pertanian Indonesia.

Sumber data berasal dari data sekunder, yang meliputi data kuantitatif tahunan pada rentang waktu 1993-2011. Produk pertanian yang dimaksud dalam studi ini adalah padi dan palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka (library research), berupa dokumen atau arsip yang di dapat dari World Bank, Badan Pusat Statistik (BPS) serta data perdagangan yang diambil dari TradeMap.

Hasil dan Pembahasan:
Tarif Bea Masuk (TBM) adalah sejumlah nilai yang dibebankan terhadap adanya importasi suatu barang/komoditi kedalam suatu negara. Setiap Negara sebenarnya berhak menentukan besaran TBM yang dikehendaki terhadap suatu produk/komoditi, berbagai kerjasama bilateral membatasi besaran tersebut tidak lebih dari nilai tertinggi yang disepakati (binding rate). Untuk komoditas pertanian, besarnya TBM telah disepakati dengan instansi terkait serta pelaku usaha di bidang pertanian.

Kebijakan tarif bea masuk untuk produk pertanian adalah menerapkan nilai serendah mungkin apabila produk/komoditi yang bersangkutan tidak dapat diproduksi secara optimal di dalam negeri. Sebaliknya untuk produk pertanian yang perlu diperkuat daya saingnya di dalam negeri, dikenakan tariff bea masuk yang tinggi sesuai dengan aturan WTO. Oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan tarif optimal untuk produk pertanian.

Dalam studi ini dilakukan studi empiris untuk melihat pengaruh tarif bea masuk produk impor pertanian terhadap produksi atau penjualan dari produk pertanian di Indonesia. Selain melihat pengaruh dari tarif, studi ini juga menghitung besarnya tarif optimal untuk produk-produk pertanian Indonesia. Hasil estimasi model adalah sebagai berikut:

SALES = 1.620.000 TARIFF + 80.200.000 LINCPT + 26.100.000 LHARGA
T-ratio (4.11) (6.60) (7.96)
F (3) : 325,58
R2 : 88,00%

Berdasarkan hasil estimasi, terlihat bahwa tarif dapat mempengaruhi nilai penjualan (sales) petani. Penjualan petani di sektor pertanian akan terpengaruh oleh seberapa besar tarif yang diterapkan oleh pemerintah. Jika pemerintah meningkatkan level tarif, maka secara langsung penjualan produk pertanian di level petani juga akan meningkat. Dari hasil estimasi diperoleh koefisien estimasi sebesar 1,62 juta. Hal Ini berarti jika pemerintah menaikkan tarif sebesar 1 persen, maka secara langsung akan menikmati peningkatan pendapatan  sebesar Rp. 1,62 juta /hektar. Sebaliknya jika pemerintah hendak menurunkan tarif, petani juga akan langsung merasakan dampak berupa penurunan penjualan. Jika pemerintah menurunkan tarif sebesar 1 persen, maka petani juga akan mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp. 1,62 Juta /hektar.

Secara riil, kondisi ini bisa terjadi karena produk-produk pertanian domestik cenderung kurang kompetitif. Jika dihadapkan pada persaingan langsung dengan produk-produk asing, maka umumnya produk-produk domestik akan kalah bersaing. Semakin besar pemerintah menurunkan tarif berarti semakin besar pemerintah menghadapkan petani pada persaingan bebas. Semakin besar level tarif yang diturunkan berarti semakin besar petani akan kehilangan pendapatannya. Konsumen akan cenderung beralih pada produk- produk impor yang umumnya memiliki kualitas lebih baik, sehingga petani domestik akan kehilangan pembeli. Secara langsung, pengurangan pendapatan ini tentunya akan berimbas pada penurunan kesejahteraan petani.

Selain pengaruh dari kebijakan tarif, hasil estimasi menunjukkan bahwa penurunan penjualan petani juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia (LINCPT) dimana pengaruh penurunan pertumbuhan ekonomi terhadap penjualan ternyata lebih besar dibandingkan pengaruh yang diberikan tarif terhadap penjualan. Oleh karena itu penting bagi pemerintah agar menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam rangka menjaga level penjualan di tingkat petani. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, dinamis, dan terus tumbuh positif akan berkontribusi secara langsung pada kontinuitas penjualan produk- produk pertanian. Imbasnya, hal ini akan terasa dalam wujud peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Kontinuitas pertumbuhan ekonomi ini bisa dilakukan melalui sejumlah hal. Yang pertama, pemerintah harus menjaga level konsumsi masyarakat. Menurut Laporan Tahunan Bank Indonesia (2015), konsumsi masyarakat merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi sekitar 56 persen  dari total produk domestik bruto (PDB), sehingga kontinuitas pertumbuhannya akan berpengaruh sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi secara umum. Masyarakat harus didorong untuk melakukan konsumsi, terutama konsumsi produk-produk domestik milik petani. Kedua, pemerintah bisa mendorong lebih banyak investasi. Lebih banyak investasi, baik asing maupun domestik, berarti akan ada semakin banyak lapangan pekerjaan yang tersedia untuk masyarakat. Ini berarti masyarakat akan memiliki semakin banyak pendapatan, yang berarti semakin besar peluangnya untuk membeli produk- produk pertanian domestik. Ketiga, pemerintah bisa menggunakan konsumsinya sendiri untuk mendorong pertumbuhan.

Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan proyek-proyek strategis bidang pertanian seperti perbaikan infrastruktur dalam rangka meningkatkan produktivitas petani dan memperlancar arus barang. Keempat, pemerintah bisa menjaga surplus neraca perdagangan. Ekspor yang lebih besar dari impor akan berkontribusi positif pada pertumbuhan  ekonomi yang selanjutnya akan berpengaruh pada peningkatan penjualan petani. Hal ini bisa terjadi dengan mendorong ekspor produk-produk pertanian Indonesia ke  luar negeri.

Pada akhirnya, Produk-produk pertanian Indonesia belum cukup kompetitif untuk bisa diajukan di dalam perundingan kerjasama internasional. Oleh karena itu, tampaknya belum cukup waktu bagi Indonesia untuk membuat usulan tentang penurunan tarif produk pertanian. Jauh lebih baik jika Indonesia mempersiapkan diri agar produk-produk pertanian bisa lebih kompetitif di masa depan. Hal ini akan lebih menyuarakan kepentingan produsen-produsen pertanian di dalam negeri yang belum siap menerima persaingan dari negara lain. Indonesia tidak perlu memaksakan diri untuk meliberalisasi sektor pertaniannya jika memang secara riil belum siap.

Sabtu, 22 Desember 2018

Analisis Studi Kasus Pemasaran Global

Nama: Ria Sasmita (15215876)
Kelas: 4EA23

Materi: Pilihan strategi memasuki pasar global

Judul jurnal: Strategi Pemasaran Produk Sosis Siap Makan (Studi kasus: PT. Primafood International)

Hasil analisis:

Tentang perusahaan:
Pertumbuhan konsumsi produk hewani masyarakat menarik minat produsen pangan, salah satunya adalah PT Primafood Internasional dengan memproduksi sosis siap makan dengan merek Champ. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group dalam penganugerahan “Top Brand Award”, produk sosis dari PT Primafood Internasional dengan merek Champ berada pada posisi dua dengan persentase sebesar 27%. Merek tersebut kalah besaing dengan kompetitor, yaitu merek So Nice.

Bauran pemasaran:
  1. Produk. Produk sosis siap makan Champ merupakan produk yang terbuat dari daging ayam dan sapi pilihan. Produk sosis siap makan Champ telah melalui pengawasan quality control (QC) yang ketat dengan memerhatikan standar sistem ISO 9001:2008, HACCP dan FSSC. Produk sosis siap makan Champ telah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia serta sertifikasi dari Badan Pusat Obat dan Makanan (BPOM) yang menjamin bahwa produk aman untuk dikonsumsi.
  2. Harga. Produk sosis siap makan Champ dipasar- kan dalam toples dengan isi masing-masing toples terdiri dari 30 buah sosis siap makan. Produk sosis siap makan Champ dapat dibeli dalam satuan toples atau satuan kardus, dimana satu kardus berisi enam toples. Penentuan harga jual dilakukan oleh perusahaan. Harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar Rp97.000 per dus. Perusahaan juga menetapkan harga jual keuntungan sebesar 11% untuk harga jual di bawah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa harga jual eceran untuk satu toples dijual dengan harga antara Rp24.000 hingga Rp30.000 per toples.
  3. Promosi. Selama ini, PT Primafood Internasional mempromosikan produk sosis siap makan CHAMP melalui beberapa cara antara lain internet, mengadakan pameran atau event di berbagai sekolah dasar di seluruh Indonesia dengan menawarkan contoh produk secara gratis kepada siswa, memberikan hadiah berupa kartu permainan yang diberikan apabila membeli produk sosis siap makan Champ, mengadakan pameran atau event yang dilaksanakan di beberapa tempat seperti kegiatan car free day dan Jakarta fair, membagikan poster kepada kantin sekolah, warung, toko, grosir dan sebagainya, membuat iklan yang ditayangkan di televisi untuk produk sosis siap makan Champ.
  4. Distribusi. PT Primafood Internasional bertindak sebagai principle dari produk sosis siap makan merek CHAMP. Perusahaan principle merupakan pemilik dari produk yang didistribusikan oleh distributor. Sebagai principle, PT Primafood Internasional juga bekerjasama dengan pihak ketiga yang bertindak sebagai distributor barang untuk memasarkan sosis siap makan Champ. Produk sosis siap makan Champ telah dipasarkan ke berbagai supermarket, minimarket, grosir, warung yang ada di seluruh Indonesia.


Analisis SWOT:

Pemilihan strategi untuk meningkatkan penjualan sosis siap makan Champ diketahui bahwa terdapat faktor internal dan eksternal yang memengaruhi penjualan produk sosis siap makan Champ. Untuk faktor internal terdapat beberapa hal yaitu kekuatan dan kelemahan. Dimana bahan baku yang berkualitas, brand image yang baik, harga yang terjangkau, serta intergrasi dengan grup merupakan kekuatan yang dimiliki. Untuk distribusi yang kurang merata, produk yang rentan rusak, promosi yang kurang maksimal, serta sumber daya pemasaran yang kurang merupakan kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan. Selain itu, terdapat faktor eksternal yang menjadi perhatian perusahaan yaitu peluang dan ancaman. Untuk peluang yang dimiliki perusahaan adalah daya beli meningkat, pasar potensial serta perubahan gaya hidup. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang menjadi ancaman perusahaan yaitu isu kesehatan, pasar bebas, produk pesaing. Rumusan alternatif strategi yang didapatkan berdasarkan faktor-faktor eksternal dan internal adalah bekerjasama dengan partner, diferensiasi produk, promosi gabungan dengan grup Charoen Pokphand, serta promosi edukatif.

Sumber: Jurnal

Senin, 26 November 2018

Analisis Jurnal Manajemen Pemasaran Global



Nama Kelompok 2 :
1.      Dian Retno Adya Pangestika       (11215849)
2.      I Made Kresna Juniawan              (13215197)
3.      Iis Santika Santung                       (13215240)
4.      Ria Sasmita                                   (15215876)
Kelas 4EA23
Mata Kuliah : Manajemen Pemasaran Global

Judul Jurnal     : “Daur Hidup Produk Dan Alih Teknologi Dekonstruksi Industri Nasional”
Peneliti            :   Anton Agus Setyawan, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
                            Surakarta
Tahun              :   2000

Analisis :
Jurnal ”Daur Hidup Produk dan Alih Teknologi Dekonstruksi Industri Nasional”  sesuai dengan makalah yang kelompok kami buat berdasarkan SAP yang ada tentang beberapa konsep kunci, tahap-tahap pengembangan korporasi transnasional dan topologi dinamis. Hasil yang kelompok kami dapat dari menganalisis jurnal tersebut berdasarkan materi beberapa konsep kunci dengan sub pokok bahasan daur hidup produk/daur hidup pasar:
1.      Tahap introduction atau perkenalan, di mana suatu produk pertama kali masuk pasar, ketepatan teknologi, yang direpresentasikan dari diterimanya produk tersebut oleh konsumen, akan sangat menentukan "nasib" produk itu pada tahapan berikutnya.
2.      Kemudian pada saat produk tersebut berada pada tahap maturity / kedewasaan, untuk menjaga agar tidak segera mencapai tahap decline, dibutuhkan inovasi teknologi untuk memperpanjang tahap maturity. Ada dua kemungkinan yang terjadi sebagai ekses inovasi teknologi dalam tahap ini. Pertama, terjadi proses diferensiasi produk yaitu penambahan atribut-atribut produk untuk memperpanjang siklus hidup produk. Kedua, diversifikasi produk, di mana proses inovasi teknologi ini pada akhimya melahirkan produk baru yang juga menimbulkan siklus hidup produk yang berbeda.
3.      Pada saat ini, Indonesia hanya menjadi obyek dari teknologi negara maju dalam penyebaran produk-produk global. Oleh karena itu, harapan kita adalah agar proses alih teknologi dari negara maju kepada negara berkembang segera teriadi. Namun, kenyataannya teknologi kunci yang berhubungan dengan produksi dan pemasaran, terkonsentrasi dan dilindungi oleh negara-negara maju tertentu setidak-tidaknya pada awalnya (A. Isaak, 1995). Kondisi ini berlawanan dengan kecurangan negara-negara maju yang mencuri patern produk-produk tertentu negara berkembang.

Kesimpulan :
Perkembangan produk global saat ini justru menambah asimetri perdagangan internasional, karena kesenjangan perkembangan teknologi negara maju-berkembang demikian lebar. Alih teknologi yang diharapkan negara-negara berkembang ternyata tidak pernah ada dan jika proses tersebut terjadi biasanya pada saat produk berada dalam tahap maturity atau teknologinya mendekati keuasangan.
Sebagai salah satu negara berkembang dengan potensi ekonomi kuat, Indonesia harus melakukan langkah-langkah nyata dalam mengurangi kesenjangan teknologi dan membuat dasar yang kuat bagi tumbuhnya perekonomian berbasis pengetahuan dan teknologi. Beberapa poin yang harus segera dilaksanakan pemerintah dan para pelaku ekonomi nasional adalah:
1.      Mempertahankan Local Knowledge untuk membendung efek negatif dari Foreign Direct Investment.
2.      Melakukan dekonstruksi industri dengan berkonsentrasi pada industri yang memberikan nilai tambah tertinggi.
3.      Mengejar ketertinggalan teknologi dengan memperkuat modal intelektual.
4.      Mengembangkan paradigma Rich Land And Big People dalam rangka memperluas akses terhadap teknologi.

Minggu, 03 Juni 2018

Tugas Blog Etika Bisnis ke-3

Nama: Ria Sasmita
Kelas: 3EA23
Judul Iklan: Lays 2018

Iklan Lays 2018

Review Iklan (Lays 2018)
Keunikan:
Iklan Lays ini bercerita tentang tiga kelompok sahabat yang masing-masing kelompoknya berisi tiga orang yang menikmati Lays di waktu senggang mereka.
Kelompok pertama menikmati Lays Rasa Karaage Saus Wafu di sebuah kafe saat mereka sedang berkumpul. Saat gigitan pertama, mereka berpindah tempat ke kumpulan orang-orang yang sedang berjalan kaki di Shibuya Crossing Street yang berada Tokyo, Jepang. Penggambaran latar tempat semakin diperkuat dengan adanya dua perempuan yang sedang melakukan cosplay (costume play) dimana cosplay sangat terkenal di Jepang.
Kelompok kedua menikmati Lays Rasa Burger Sapi ala Australia di sebuah mobil yang sedang terjebak macet. Saat gigitan pertama, mereka berpindah tempat ke kapal Pesiar di sekitar Sydney Opera House yang berada di Sydney, Australia. Penggambaran latar tempat semakin diperkuat dengan adanya turis khas mancanegara.
Kelompok ketiga menikmati Lays Rasa Iga Bakar Keju di kantor. Saat gigitan pertama, mereka berpindah tempat ke atas panggung di tengah-tengah penampilan sebuah idol group yang jika dilihat dari gerakannya merupakan sebuah idol group bernama Wanna One di Seoul, Korea Selatan. Penggambaran latar tempat semakin diperkuat dengan adanya dance dari idol group Wanna One yang saat ini merupakan idol group paling terkenal di Korea Selatan.

Keunggulan:
Iklan Lays ini dikemas secara apik dan unik dengan penggambaran orang yang memakannya pada gigitan pertama-pun dapat langsung “terjun” ke negara yang berbeda. Ini menggambarkan khasnya rasa yang terkandung di dalam tiap kepingan keripik kentang yang disajikan oleh Lays. Durasi iklan hampir sama dengan kebanyakan iklan lainnya, yaitu 31 detik. Komposisi warna yang diberikan termasuk konsep yang colorful sehingga dapat dengan mudah menarik perhatian.

Kelemahan:
Variasi rasa yang ditawarkan tidak ditampilkan lebih lama, hanya sekitar 0,5 detik sehingga konsumen kesulitan untuk membaca rasa yang terdapat di masing-masing kemasan. Selain itu, Lays juga tidak memiliki slogan yang membuat produknya semakin mudah diingat.


Sumber:
https://youtu.be/1BiNf_JvngA

Rabu, 04 April 2018

Tugas Blog Etika Bisnis ke-2


Nama Kelompok:
I Made Kresna J   (13215197)
Iis Santika S         (13215240)
Nugroho S. B       (15215156)
Ria Sasmita          (15215876)
Sheila Nadia         (17215894)

Teori Etika Lingkungan: NEO UTILITARIANISME

Neo-Utilitarianisme secara etimologi berasal dari bahasa Latin dari kata Utilitas, yang bearti useful, berguna, berfaedah dan menguntungkan. Jadi paham ini menilai baik atau tidaknya, susila atau tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi kegunaan atau faedah yang didatangkannya (Salam, 1997: 76). Sedangkan secara terminology neo-utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat, tak berfaedah, merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak (Mangunhardjo, 2000: 228).
Mulai dari pertama kali digagas oleh Jeremy Bentham, diperbarui oleh Stuart Mill hingga dikritik oleh penganut Neo-Utilitarianisme sendiri Peter Singer hingga menghasilkan sebuah ”etika” yang dianggapnya lebih luas tanpa mengesampingkan mahluk hidup lainnya. Karena pada akhirnya sebuah tindakan diukuran pantas atau tidaknya, etis atau tidak etisnya hanya dapat dilihat dari dampaknya. Apakah manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan kerugiannyaa, tanpa mengesamping mahluk hidup lainnya juga.
Seperti kasus sesorang penjual es buah keliling seharusnya menggunakan gula asli tetapi karena harga gula yang tinggi maka dia mengurangi biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan sari gula yang lebih murah. Umumnya penyakit yang diderita pembeli bukanlah kesalahan si penjual melainkan pembeli itu sendiri yang jajan sembarangan. Pedagang tersebut tidak bodoh, dia membuat aroma dan warna yang sangat menarik perhatian pada es buahnya maka pada cuaca kering orang akan tertarik untuk membeli es buah tersebut.

Sumber :

Rabu, 07 Maret 2018

Tugas Blog Etika Bisnis Ke-1

Nama Kelompok:
I Made Kresna J   (13215197)
Iis Santika S         (13215240)
Nugroho S. B       (15215156)
Ria Sasmita          (15215876)
Sheila Nadia         (17215894)


PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS


Berdasarkan teori ekonomi, bisnis memang mempunyai etika. Beberapa prinsip etika bisnis dapat disampaikan sebagai berikut:
 
1. Prinsip Otonomi
Otonomi merupakan sikap dan kemampuan dasar manusia untuk mengambil keputusan dalam bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk dilakukan. Seseorang dapat dikatakan memiliki prinsip otonomi dalam berbisnis jika ia sadar sepenuhnya akan kewajibannya dalam dunia bisnis. Ia tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi yang dihadapinya, tuntutan dan aturan yang berlaku bagi bidang kegiatannya. Ia sadar dan tahu akan keputusan dan tindakan yang akan diambil serta risiko atau akibat yang akan timbul baik bagi dirinya dan perusahaannya maupun bagi pihak lain.

Di samping itu, ia juga harus mengetahui bahwa keputusan dan tindakan yang akan diambilnya akan sesuai atau sebaliknya bertentangan dengan nilai atau norma moral tertentu. Oleh karena itu orang yang otonom bukanlah orang yang sekedar mengikuti begitu saja norma dan nilai moral yang ada, melainkan ia tahu dan sadar bahwa apa yang dilakukan itu adalah sesuatu yang baik.

Hal yang demikian berlaku juga dalam bidang bisnis. Misalnya seorang pelaku bisnis hanya mungkin bertindak secara etis kalau dia diberi kebebasan dan kewenangan penuh untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya baik. Tanpa kebebasan ini para pelaku bisnis hanya akan menjadi robot yang hanya bisa tunduk pada tuntutan perintah, dan kendali dari luar dirinya. Hanya dengan kebebasan seperti itu ia dapat menentukan pilihannya secara tepat dalam menjalankan dan mengembangkan bisnisnya .

2. Prinsip Kejujuran
Dalam kenyataannya, kegiatan bisnis tidak akan bisa bertahan dan berhasil kalau tidak didasarkan pada prinsip kejujuran. Sesungguhnya para pelaku bisnis modern sadar dan mengakui bahwa memang kejujuran dalam berbisnis adalah kunci keberhasilannya, termasuk untuk bertahan dalam jangka panjang, dalam suasana bisnis yang penuh dengan persaingan.

Kejujuran ini sangat penting artinya bagi kepentingan masing- masing pihak dan selanjutnya sangat menentukan hubungan dan kelangsungan bisnis masing- masing pihak. Apabila salah satu pihak bertindak curang, maka pihak yang dirugikan untuk waktu yang akan datang tidak akan lagi bersedia menjalin hubungan bisnis dengan pihak yang berbuat curang tersebut.

Jadi dengan berlaku curang dalam memenuhi syarat-syarat perjanjian atau kontrak dengan pihak tertentu, maka pelaku bisnis sesungguhnya telah menggali kubur bagi bisnisnya sendiri. Kejujuran juga sering dikaitkan dengan mutu dan harga barang yang ditawarkan. Sebagaimana telah disampaikan di depan, dalam bisnis modern yang penuh dengan persaingan, kepercayaan konsumen adalah hal yang paling pokok untuk dipertahankan.

Oleh karena itu sekali pengusaha menipu konsumen, entah melalui iklan atau pelayanan yang tidak sesuai dengan yang diinformasikan, konsumen akan dengan mudah lari dan pindah ke produsen yang lain. Cara-cara promosi yang berlebihan, tipu-menipu bukan lagi cara bisnis yang baik dan berhasil. Kenyataan bahwa banyak konsumen Indonesia lebih suka membeli produk dari luar negeri, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia kurang begitu percaya dengan produk buatan bangsanya sendiri.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional, obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Demikian pula prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis entah dalam relasi eksternal perusahaan maupun relasi internal perusahaan perlu diperlakukan secara sama sesuai dengan haknya masing-masing. Keadilan menuntut agar tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.

4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Jadi kalau prinsip keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya, prinsip saling menguntungkan menuntut hak yang sama yaitu agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Prinsip ini terutama mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis. Dalam kenyataan, pengusaha ingin memperoleh keuntungan dan konsumen ingin memperoleh barang dan jasa yang memuaskan (harga tertentu dan kualitas yang baik) maka bisnis hendaknya dijalankan saling menguntungkan antara produsen dan konsumen.Prinsip Integritas Moral
 
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menganjurkan agar orang-orang yang menjalankan bisnis tetap dapat menjaga nama baik perusahaan. Perusahaan harus megelola bisnisnya sedemikian rupa agar tetap dipercaya, tetap paling unggul dan tetap yang terbaik. Dengan kata lain prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri pelaku bisnis dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan. Hal ini tercermin dalam seluruh perilaku bisnisnya dengan siapa saja, baik keluar maupun ke dalam perusahaan.



Sumber : http://budisma.net/2016/08/5-prinsip-etika-bisnis.html

Sabtu, 06 Januari 2018

Koperasi di Era Globalisasi

A. KONTRIBUSI KOPERASI DALAM MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN EKONOMI MASYARAKAT


Di bidang ekonomi, kontribusi koperasi antara lain:
  1. Meningkatkan penghasilan anggota-anggotanya. Sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi dibagikan kembali kepada para anggotanya sesuai dengan jasa.
  2. Menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah. Barang dan jasa yang ditawarkan oleh koperasi lebih murah dari yang ditawarkan di toko-toko. Hal ini bertujuan agar barang dan jasa mampu dibeli para anggota koperasi yang kurang mampu.
  3. Menumbuhkan motif berusaha yang berperikemanusiaan. Kegiatan koperasi tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi melayani dengan baik keperluan anggotanya.
  4. Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan koperasi. Setiap anggota berhak menjadi pengurus koperasi dan berhak mengetahui laporan keuangan koperasi.
  5. Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatannya secara lebih efektif dan membiasakan untuk hidup hemat.

Di bidang sosial, kontribusi koperasi antara lain:
  1. Mendorong terwujudnya kehidupan masyarakat damai dan tenteram.
  2. Mendorong terwujudnya aturan yang manusiawi yang dibangun tidak di atas hubungan-hubungan kebendaan tetapi di atas rasa kekeluargaan.
  3. Mendidik anggota-anggotanya untuk memiliki semangat kerja sama dan semangat kekeluargaan.


B. HAMBATAN DAN TANTANGAN KOPERASI DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL:
1. Hambatan kelembagaan dan permodalan
Hambatan kelembagaan dan permodalan, dikarenakan masih tradisionalnyamanajemen digunakan, terlalu birokratis, kurang lincah dan fleksibel, kualitas SDM rendah, serta akses terhadap sumber modal terbatas.

2. Hambatan budaya
Hambatan budaya, maksudnya adalah budaya kerja keras dan disiplin bangsa Indonesia (termasuk insan koperasi) yang masih jauh dari harapan.Sementara globalisasi menghendaki adanya profesionalisme dalam melakukan usaha sehingga dapat menghasilkan produk barang dan jasa yang berkualitas.

3. Hambatan teknologi.
Teknologi informasi juga menjadi hambatan utama bagi koperasi, padahal Bill Gates Ceo Microsoft Corp. telah membuktikan statemennya “Information is the Power”. Dengan menguasai Teknologi Informasi menjadikannya salah satu dari lima orang terkaya di dunia.



C. STRATEGI YANG BISA DILAKUKAN OLEH KOPERASI DI INDONESIA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN GLOBAL:

  1. Strategi pertumbuhan yang cepat. Penambahan jumlah karyawan maupun unit bisnis sambil mempertahankan bauran produk dan jangkauan pasar. Tindakan yang demikian itu akan mengubah ukuran koperasi daripada ruang lingkupnya.
  2. Perubahan bauran produk. Bauran produk yang dirubah senantiasa berdampak pada operasi koperasi di Indonesia juga strategi pemasaran dan strategi penjualan dimana penambahan produk dapat dilakukan seperti dengan akuisisi.
  3. Perubahan jangkauan pasar. Fokus pasar dirubah pada bauran produk yang sama sehingga menjamah pasar internasional atau jangkauan geografis meluas dan menemukan konsumen sasaran yang baru.
  4. RepositioningRepositioning bertujuan mengubah persepsi konsumen dan atau calon konsumen akan koperasi.
  5. Diversifikasi. Diversifikasi dalam kenyataannya mencakup juga penambahan produk dan perluasan pasar yang berhubungan dengan bisnis inti maupun bukan bisnis inti.
  6. Partnering. Kerjasama antara koperasi untuk menciptakan suatu keunggulan bersaing.


 D. KOPERASI SYARIAH
Koperasi syariah merupakan badan usaha koperasi yang menjalankan usaha-usahanya dengan prinsip syariah islam yaitu al-quran dan assunnah. Secara teknis koperasi syariah bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip anggota dan kegiatannya berdasarkan syariah islam. Koperasi syariah mempunyai kesamaan pengertian dalam kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah), atau lebih dikenal dengan koperasi jasa keuangan syariah. Sebagai contoh produk jual beli dalam koperasi umum diganti namanya dengan istilah murabahah, produk simpan pinjam dalam koperasi umum diganti namanya dengan mudharabah. Tidak hanya perubahan nama, sistem operasional yang digunakan juga berubah, dari sistem konvesional (biasa) ke sistem syari’ah yang sesuai dengan aturan Islam.

Tujuan Koperasi Syariah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Nilai-nilai syari’ah dalam nilai-nilai koperasi, dengan mengadopsi 7 nilai syariah dalam bisnis yaitu:
  1. Shiddiq yang mencerminkan kejujuran, akurasi dan akuntabilitas.
  2. Istiqamah yang mencerminkan konsistensi, komitmen dan loyalitas.
  3. Tabligh yang mencerminkan transparansi, kontrol, edukatif, dan komunikatif.
  4. Amanah yang mencerminkan kepercayaan, integritas, reputasi, dan kredibelitas.
  5. Fathanah yang mencerminkan etos profesional, kompeten, kreatif, inovatif.
  6. Ri’ayah yang mencerminkan semangat solidaritas, empati, kepedulian, awareness.
  7. Mas’uliyah yang mencerminkan responsibilitas.

Fungsi dan Peran Koperasi Syariah yaitu:
  1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya.
  2. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam.
  3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
  4. Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta.
  5. Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif.
  6. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
  7. Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota


Sumber:
http://kementeriankoperasi.com/pengertian-koperasi-syariah/
http://muhammadmuas.blogspot.co.id/2014/11/perkembangan-koperasi-dalam-menghadapi_23.html